Waktu Ketika Semua Berubah | Cerpen

Mula-mula dari sinar yang menembus ruang-ruang antara dedaunan pohon kaktil di ujung jalan. Terik panas menyengat sedangkan dianya berjalan terus tegap untuk menyebrangi jalan raya yang penuh dengan lalu lalang kendaraan. Sambil menorehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan untuk terus memperhatikan jalan itu sudah bisa disebrangi. Lalu dia kembali melangkah lagi. Kendaraan begitu banyak telah menjemputnya dengan berbagai penawaran akan tujuan yang hendak dia naiki.

Sebuah bus berwarna hijau melaju berada tepat di depan wanita yang masih mencari jemputan terbaik yang mengarah pada tempatnya untuk kembali dari aktivitas. Wanita itu kemudian ikut naik mengikut dengan bus jurusan terminal raja. Duduk pada kursi yang berada tepat di belakang supir angkutan. Sembari itu wanita iut dengan dress berwarna hitam mengeluarkan sebuah telepon genggam hendak melihat pesan yang sudah bergetar dengan nada pesan. Dengan sedikit tersenyum manja seakan mengingatkan pesan yang membuatnya tersenyum.

Bus itu kemudian menghentikan lajunya sesampainya di terminal. Kemudian dia turun untuk mencari angkutan lainnya. Seketika itu ada seorang laki-laki yang hendak melintas berada tepat disamping bus. Tanpa disadari wanita itu terkejut dengan laju motor yang langsung berada tepat dihadapannya. Kekagetan itu membuatnya takut dan terkejut bila terjadi sesuatu. Tidak bisa menahan kekagetan itu “ha” teriaknya. Sambil menutupi matanya. Tapi motor itu masih bisa menghentikan laju motornya. “tidak apa-apa mba?” tanya pria yang mengemudikan motor itu. Wanita itu masih terkejut dengan muka pucat. Banyak kerumunan orang yang sudah datang di tempat kejadian itu. Seakan ingin memberikan pelajaran pada laki-laki itu.
Dengan sedikit lebih bijak wanita itu kemudian mengatakan bahwa laki-laki itu adiknya dan langsung menaiki motor itu untuk menghentikan kemarahan pada pengendara kendaraan yang mengemudikan kendaraannya dengan cepat. “sudah, tidak perlu dipikir cepat jalan saja sebelum banyak orang yang akan marah”. Merekapun pergi meninggalkan kerumunan orang.

Tidak ada percakapan yang terjadi ketika semua kejadian itu harus diselesaikan dengan arus yang dingin. Lalu wanita itu meminta untuk menurunkannya pada gang sempit gang satria. Pergi tanpa sedikit kata untuk mengatakan terimakasih. “mba, tidak perlu pergi begitu saja saya Cuma mau meminta maaf”. Dia tidak menoleh untuk melihat kebelakang. Laki-laki itu tidak juga tergerak untuk datang pada wanita itu lalu pergi.

Sore menyengat yang terjadi percakapan karena hampir tabrakan. Pisah lagi dengan jalan masing-masing tapi keduaya juga tidak memilih untuk mengenal satu sama lain. Tidak ada penyebab mereka harus membetuk kebencian diam yang berarti sebuah kemarahan yang tidak terungkap. Wanita itu sesampainya di rumah menceritakan semua kejaidan itu pada orang tuanya. Sedangkan laki-laki itu masih mengendarai sepeda motornya dengan gumam yang terus ikut bersama dengan laju kendaraanya.

Tidak mengapa bila harus ada perselisihan hanya tidak menempatkan penyelesaian. Itu berarti pertemuan itu tidak mengalami kejadian yang membentuk hubungan itu. Setelah beberapa hari di tempat terpisah ternyata keduanya bisa bertemu kembali. Pada sebuah kegiatan wawancara sebuah tempat penerima tenaga kerja. Duduk tepat berhadapan pada ruangan tempat pelamar untuk menunggu giliran panggilan. Ketika pertemuan sedikit menyentuh kenangan yang tidak membekas. Ketika itu juga keduanya harus saling melihat kembali tidak lama

Waktu itu masih menjadi kejadian yang berarti karena tidak pernah terbayangkan bagaimana semua begitu cepat. Pandangan dari berbagai ingin memiliki bagian yang tidak pernah ada selama hidupku. “Saya lebih memprioritaskan wanita dalam bidang kerja ni pak”. Kata-kata untuk mengingatkan mereka pentingnya peranan wanita dalam tugas administrasi. Jawabanku, itu menjadi jamak bagi peserta semua terlihat merusak pengertian berarti itu karenaa bidang ini tidak mendapat sentuhan wanita diantara pekerjaan terasing dalam sebuah gudang yang panas. Selama ini pekerjaan itu tidak pernah menjadi lebih baik daripada perkerjaan berat yang dibebankan pada seorang pengayuh becak.

Pertemuan itu tidak mendapatkan hasil karena begitu banyak pengertian dari berbagai maksud untuk memasukkan bagian dari mereka. Bukankah seleksi terlepas akan lebih baik. Pengertian ini ternyata tidak memberikan mereka gambaran yang baik. Sudah berakhir hari ini semua tidak pernah terputus untuk sebuah keputusan baik. Satu per satu datang untuk berpisah pada angka mendekati sebelas malam iini. Padahal jam ini sudah berakhir dari waktu sebelum pergantian warna hari.

Hari berganti dengan penambahan tenaga dari pengurannya kemarin. Pagi begitu menghangatkan sinarnya cerah mataku juga memandang kesunyian raya pada pukul perubahan berbagai aktivitas. Aku sudah harus menunggangi laju kereta dengan gemuruh dari luarnya masuk kedalam bangunan diatas keempat roda dibawahnya. Walaupun, seluruh kaca penutup ruang itu telah tertutup rapat karena kendaraan ini melaju dengan bahan pembakar oktan rendah seperti yang digunakan berbagai kendaraan besar yang dapat memuat beban besar.

Mataku terus menyelinap pada berbagai laju lalang aktivitas. Seperti pertemuan itu terus mencari cara agar terjadi. Ketika, wanita itu lagi berjalan melalui lorong untuk menaiki kendaraan pengangkut umum khusus tertata bagi kota ini ditengah jalur kendaraan. Gumamku karena dia sebagai seorang dengan perkataan yang indah untuk memecahkan jalan orang per orang masuk menengahi keterbatasan percakapan untuk kembali lurus. Ternyata itu pula yang membuat semua orang menunjukkan jari telunjuknya yang manis agar membuatku sepeerti sebuah pertarungan tinju dari sudut yang paling jauh dalam ruang pertandingan.

Aku tidak menghiraukan wanita itu. Terlalu memalukan mengingatnya, buat apa ketika aku harus mengingat bahwa tidak ada mulut begitu pahit karena sedikit benturan sampai memanggil berbagai orang agar memberikan kesalahan padaku.

Sesampainya di ruang kerja aku sudah tidak menghiraukan peristiwa itu lagi. Kakiku masih terasa ingin menendang wajah cantiknya bila ia masih membuka mulutnya berbau harum kaki ini harus masuk menghentikan laju desing huruf-demi huruf yang dikeluarkannya. Baiklah pekerjaan ini lebih penting mari kita mulai. Membuang segala ruang di hati yang tergerak untuk terus mencari wanita itu. “saya sudah melihat bahwa wanita memang baik dalam pekerjaan ini, hari ini saya sudah memanggil satu orang dari DHl pancoran”. Pak Robin tiba-tiba datang masuk keruanganku menyetujui permintaanku lalu dengan sedikt meminta agat aku melakukan seleksi hari ini.

Sementara banyak sekali sususan kertas sebagai wewenang antar karena hari ini paket pengiriman ini harus terbang. Permintaan pengiriman dari dua kertas lembar pertama tanda diatas paket pengiriman dan selebihnya kertas duplikat untuk arsip bila ada tinjauan dari petugas dengan berbagai kecurigaaan tetang kecurangan. Walaupun hari ini harus berhenti sejenak untuk menseleksi tidak mengapa tempat itu dibawahku. Bagaimana tidak aku harus menyeleksinya, karena aku tahu persis seperti apa dan bagaimana pekerjaan itu terjadi tiap harinya.

“Selamat pagi pak!. Seorang wanita kemudian mengetuk pintu pekerjaanku. Sepertinya pertanda buruk karena ini sebagai kejadian yang tidak sama tapi berulang untuk bertemu kembali. Aku melihat paras di jalan itu, di jalan tadi dengan busana blaser biru sedikit menampakkan lekukan yang membelah pada dadanya pada bagian rendanya. Tampaknya hari ini bisa menjadi tidak baik kalau aku harus menerima pergaduhan itu yang masih mengisahkan malu padaku. “Silahkan duduk.” Kami kembali menduduki kursi masing-masing karena posisi berhadapan dia membelakangi pintu.

Aku tidak bisa berbicara apapun karena aku melihat kejahatan setelah kejadian memalukan itu. Aku kembali mengambil berkas wanita itu tanpa menghiraukannya, kemudian karena tidak begitu tenang akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari ruangan untuk menghilangkan segala marah. Alangkah indah pagi tadi ketika aku menemukan berbagai senyum menyapa sepanjang perjalananku mengitari pelataran perumahan. Sehingga akupun serta merta harus menilik pusara batinku membuang kisah itu dalam detik terakhir ketika aku mengatakan akan mengambil secangkir kopi karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan kemarin sore.

Lima belas menit aku menikmati kopi buatan Edi. Kopi ini rasanya enak tapi tidak seenak apa yang aku lihat pagi ini. Kota gajah tempat pembuatan kopi ini yang dibawa Pak Jaya karena dia dua hari yang lalu harus bertugas kesana untuk melihat proyek pengembangan pos-pos untuk pengiriman barang. Aku masih mendengarkan teman-teman lain dari pergudangan membicarakan wanita tadi. Mereka mengharapkan benar ada wajah baru di pergudangan. Apa memang wanita itu tampak mempunyai paras menarik bagi mereka. Sepertinya mereka dikelabui dengan warna terpadu diatas kulitya yang usang karena asap jalan raya. Coba mereka sudah melihat dengan jelas wanita itu. “semoga yang mewawancarai cewek yang tadi diterima!”. Tawa mereka sambil pergi meninggalkan pentri. “mari pak rusdan kita duluan”.

Setelah itu aku juga kembali ke ruangan. “sudah lama menunggu mb?”. Tanyaku. “sudah, pak.” Jawabnya. Lalu aku masuk langsung pada pertanyaan kenapa dia mau bekerja di tempat ini. Begitu mudahnya dia menjawab tanpa terbata-bata duah persis memahami bidang kerja pergudangan jasa pengiriman barang. Bagaimana tidak sedikitpun tidak ada salah untuk tidak menerimanya di sini. Tapi, bagaimana dengan yang sudah terjadi itu.

Baca juga : natinedJs/Kumpulan-Cerpen

Post a Comment

Previous Post Next Post