natinedJs ⓚ2016 Suatu ketika terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung tatapan matanya kosong, menatap hamparan air didepanya. Seluruh penjuru mata angin telah dilewatinya, namun tidak ada satupun titik yang membuatnya puas.
Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya ada orang lain disana “sedang apa kau disini anak?” tanya seseorang rupanya ada seorang kakek tua. “apa yang kau risaukan?” anak muda itu menoleh kesamping “aku lelah pak tua telah berkilo-kilo jarak yamg kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku.
Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?”. Kakek tua duduk semakin dekat, mendengarkan penuh dengan perhatian. Dipandangnya wajah lelah didepannya lalu ia mulai bicara. “didepan sana ada sebuah taman jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu.” Sang kakek mengulangi lagi kalimatnya itu. Perlahan pemuda itu bangkit langkahnya menuju satu arah taman.
Diterjangnya sana-sini, ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu disana gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung namun belum ada kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan napasnya mulai memburu dadanya naik turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan “hentikan dulu anak muda istirahatlah.”
Tampak sang kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah ada sekumpulan kupu-kupu yang beterbangan disisi kiri dan kanan kakek itu. Mereka terbang berkeliling sesekali hinggap ditubuh tua itu. “begitukah cara kamu mengejar kebahagiaan? Berlari dan mengejar? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” sang kakek menatap pemuda itu. “nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu.
Kakek tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan, pesonanya begitu menganggumkan kelopak sayap yang mengalun perlahan. Layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah. Seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
Anak muda itu, tersenyum lelah. Dia menundukkan kepala dan menjatuhkan dirinya ke tanah berdebu dihamparan rumput yang sudah rusak. Ketika dia mengangkat kepalanya dia hanya melihat kupu-kupu hinggap ke atas kepalanya dan tidak melihat lagi kakek tua itu.
Baca juga : Berbagai CerPen Anak
Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya ada orang lain disana “sedang apa kau disini anak?” tanya seseorang rupanya ada seorang kakek tua. “apa yang kau risaukan?” anak muda itu menoleh kesamping “aku lelah pak tua telah berkilo-kilo jarak yamg kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku.
Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?”. Kakek tua duduk semakin dekat, mendengarkan penuh dengan perhatian. Dipandangnya wajah lelah didepannya lalu ia mulai bicara. “didepan sana ada sebuah taman jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu.” Sang kakek mengulangi lagi kalimatnya itu. Perlahan pemuda itu bangkit langkahnya menuju satu arah taman.
Tak berapa lama dijumpainya taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran banyak kupu-kupu yang beterbangan disana. Sang kakek melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda itu mulai bergerak dengan mengendap-endap ditujunya sebuah sararan, perlahan. Namun, hap sasaran itu luput. Dikejarnya kupu-kupu itu ke arah lain ia tak mau kehilangan buruan. Namun, lagi-lagi hap ia gagal ia mulai berlari tak beraturan.
Diterjangnya sana-sini, ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu disana gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung namun belum ada kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan napasnya mulai memburu dadanya naik turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan “hentikan dulu anak muda istirahatlah.”
Tampak sang kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah ada sekumpulan kupu-kupu yang beterbangan disisi kiri dan kanan kakek itu. Mereka terbang berkeliling sesekali hinggap ditubuh tua itu. “begitukah cara kamu mengejar kebahagiaan? Berlari dan mengejar? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” sang kakek menatap pemuda itu. “nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu.
Semakin kau terjang semakin ia menghindar. Semakin kau buru semakin pula ia pergi dari dirimu. “namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana bahkan tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri.
Kakek tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan, pesonanya begitu menganggumkan kelopak sayap yang mengalun perlahan. Layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah. Seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
Anak muda itu, tersenyum lelah. Dia menundukkan kepala dan menjatuhkan dirinya ke tanah berdebu dihamparan rumput yang sudah rusak. Ketika dia mengangkat kepalanya dia hanya melihat kupu-kupu hinggap ke atas kepalanya dan tidak melihat lagi kakek tua itu.
Baca juga : Berbagai CerPen Anak
Tags
Cerita Pendek