Azi Takut Ketahuan Belum Bisa Berenang

“Kita harus berangkat sekarang ma agar tidak terlalu malam di jalan, mama kami jemput di sekolah, ya!” Pesan papa dari telepon.
Lantas kami bergegas mengangkat barang ke mobil satu per satu. Semua sudah siap dan rumah telah di kunci. Papa mengemudi sangat kencang, aku bahkan sudah tidak bisa mengingat barang apa saja atau apa yang terlupa.


Hari ini mama masih harus mengajar di sekolah. Agar dapat menyelesaikan pelajaran katanya kepada kami dua hari yang lalu.
Sekarang ini kami sampai di sekolah tempat Mama mengajar. “pa, semua sudah siap, termasuk barang-barang mama lho?” tanya Mama saat menghampiri kami di mobil.
“Ya, sudah dong.” jawab Papa tersenyum. Mama menarik pintu dan masuk ke mobil kemudian kami melanjutkan perjalanan.
Tepat pukul tujuh malam kami berada di pantai Anyer, suasananya menyenangkan banyak pengunjung. Tapi, kenyataannya belum aku rasakan suasana yang menyenangkan di pantai ini. Masih ada sesuatu terpikir olehku.
“Ma, barang-barang di bagasi sekalian di angkat ya!” kata papa menutup mobil dan meninggalkan kami.
 “Kenapa mau cepat-cepat gitu sih, ma?” tanya Azi menggerutu. 
Papa menuju pelayanan untuk mendapatkan ruang penginapan. Supaya tidak kehabisan tempat penginapan. Musim libur sekolah seperti sekarang ini kebanyakan ruang penginapan sudah di pesan. 
Azi bisa mengerti dengan maksud papa, dan memang tampaknya papa senang sekali liburan ke pantai. Di rumah sebelum ujian kenaikan kelas papa sudah buat janji dengan Azi. Kalau, libur sekolah nanti berlibur ke pantai.
Sore hari esoknya di pantai. Papa mengajak Azi berenang di pantai. Lain halnya dengan Mama memang lebih memilih menikmati suasana pantai.
“Ayo Zi, sana berenang sama papa!” tantang Mama.
“Kayaknya nggak sekarang deh ma?” jawab Azi mengherankan.
Dari perairan laut papa, memanggil mama. Sehingga keheranan itu sejenak tidak dipertanyakan mama. Lalu menyusul papa, karena diminta untuk mengantarkan pasta pelindung kulit dari sengatan matahari.
Mama mendekat dengan air yang bergelombang. Memainkan air, dan menyiram-nyiramkannya ke arah papa. Sedangkan Azi sendiri masih duduk tidak mau untuk menginjakkan kakinya ke air.
“Lho, Azi malah sendirian di sana ma?” tanya papa.
“Nggak tahu tuh, katanya berenangnya jangan sekarang.” jawab Mama.
Setelah mengusapkan pasta itu. Mama kembali lagi di tempat mereka menggelar tikar. Di sana Azi sedang asyik menunggu. Tersenyum melihat mama karena begitu melihat mama senang seperti ini.
“Zi, kamu di suruh papa tuh berenang.” pinta Mama.
Azi terdiam tidak mau menjawab. Setelah melihat papa yang sedang menunggunya. “ Bentar Ma, Azi ke toilet dulu, habis ini baru berenang.”
“Ohh, ya sudah kalau begitu, cepetan keburu sore.” sahut Mama.
  Meninggalkan mama ke toilet. Menjadi alasan Azi, karena selama ini dia tidak pernah bisa berenang. Hanya saja di sekolah dia memilih untuk ikut latihan berenang. Apabila Mama tahu selama ini Azi, selalu meminta bayaran berenang bisa gawat.
Di tunggu selama setengah jam Azi belum muncul. Toiletnya apa jauh atau dia sakit perut. Pikir mama, mempertanyakan keberadaan Azi.
Mama beranjak dari tempatnya duduk, mendekati papa yang sedang berenang. Wajahnya berpaling khawatir melihat toilet umum disebelah kiri dekat dengan kantin. Tidak kelihatan juga kemungkinan harus dicari.
“Pa, bentar ya mama mau cari Azi dulu ke toilet!” seru Mama.
“Kenapa Azi bukannya tadi papa lihat ke toilet.” sahut Papa.
“Justru itu papa, dari tadi Azi tu belum muncul, mama kesana yah.” jawab mama ketus.
Melihat ke kiri ke kanan, dari toilet. Mama belum menemukan Azi. Di kantin tidak ada. Karena tidak tahu mencari dimana mama mulai melihat langsung ke toilet. Seorang penjaga toilet di tanya mama, tentang keberadaan seorang anak menggunakan celana merah, berbadan gemuk, dan kulit putih.
Penjaga toilet itu menjawab sudah keluar sekitar tiga puluh menitan. Kearah tenda kecil berwarna hijau di ujung sana. Ternyata Azi disukai penjaga itu. Tambahnya “anak itu lucu bu, sudah gemuk baik lagi bu, enak diajak ngobrol”.  
Lantas Mama kembali ke tempat tikar yang di gelar. Untuk memastikan bahwa Azi sudah sampai disitu. Menurut penjaga toilet sepertinya ke arah yang di tunjuk mama.
Mama sudah melihat Azi. Ternyata bersembunyi di balik pohon kelapa. Dekat sekali dengan tikar mereka. Tapi, sebelumnya mama tidak melihat Azi di belakang pohon kelapa. Walaupun badan Azi yang gemuk.
“Azi dari mana saja kamu?” tanya Mama kesal. Azi menunduk tidak mau mengatakan sesuatu.    
“Sudah-sudah ayo ke tikar lagi.” suruh Mama menarik tangan Azi.
Mendudukkan Azi yang merasa berat untuk duduk kembali dengan Mama. Mama meninggalkan Azi mencari papa.
“Tuh, Azi pa!” sapa Mama menunjuk ke arah Azi.
“Darimana?” tanya Papa.
“Sudah nanti saja Pa, berenangnya lihat Azi dulu tuh!” saran Mama.
Keduanya kemudian berdiri hendak bertanya tentang Azi. Sementara Azi sedikit kikuk bingung hendak kemana. Papa, dan mama sudah semakin dekat lagi. Dibayangannya akan dimarahi papa, karena tidak bisa berenang.
“Azi, ayo berenang enak tuh sama papa!” pinta papa.
Azi tertunduk. Tidak berbicara. Mukanya tampak gelisah kalau papa hendak bertanya tentang renang.
Kemudian Azi menjawab kesulitannya dalam berenang.
“Aku memang sengaja melupakan pakaian berenang. Karena sampai sekarang setelah banyak latihan renang di sekolah aku belum juga bisa berenang!” kata Azi polos. Setelah lama diam, sementara papa, dan mama ingin tahu berenangnya Azi. “Di sekolah memang sudah di ajari banyak oleh pelatih”. lanjut Azi. Papa dan Mama tersenyum maklum.
Papa dan mama tersenyum lucu, karena keluguan itu. Menatap Azi yang masih menunduk dan mengelus kepalanya. Lalu Papa tidak memarahinya malah melempar senyum bangga karena sudah mau jujur. Kemudian mengajak Azi mencoba dan mengajarkannya berenang.   


Post a Comment

Previous Post Next Post