natinedJs ⓚ 2025 Desa Margasari, Kecamatan Pesawahan, Purwakarta melakukan proses panen yang lebih cepat dikarenakan serangan hama patek dan ulat buah komoditas cabai yang di tanaman petani. Hama patek dan juga ulat buah menyerang saat intensitas hujan tinggi. Iklim dengan intesitas hujan tinggi menyebabkan beberapa penyakit pada tanaman tumbuh lebih cepat. Serangan hama patek dan ulat buah menyebabkan petani harus memutuskan panen lebih cepat agar serangan penyakit tersebut tidak meluas lebih besar di areal pertanian (Detik, 2025). Dalam artikel ini kita akan mempelajari lebih banyak mengenai gejala dan serangan dari penyakit hama patek dan juga ulat buah pada tanaman cabai.
Cabai menjadi komoditas unggul di Indonesia sebagai produk hortikultura yang digemari karena kesukaan masyarakat dengan sambal. Sehingga, penting untuk menjaga produksi cabai dengan produksi yang dapat menyesuaikan kebutuhan cabai. Namun, faktor serangan hama dan penyakit dapat berpengaruh pada tingkat panen. Patek adalah penamaan yang dibuat petani untuk mengidentifikasi penyakit ini, dalam wikikamus patek merupakan penyakit kulit yang disebabkan spora.
Antraknosa
Antraknosa merupakan penyakit pada cabai yang sering terjadi di musim hujan. Penyakit yang menyebabkan penurunan produksi cabai yang sangat signifikan.
Klasifikasi antraknosa :
Divisi : Ascomycotina (fungi atau jamur)
Subdivisi : Eumycota
Kelas : Pyrenomycetes
Ordo: Sphaeriales
Famili : Polystigmataceae
Genus : Colletotricum
Spesies : Colletotricum capsici
Cabai (Capsicum annum L.) sehingga spesies antraknosa Colletotricum capsici sangat identik menyerang cabai.
Stimulus meningkatnya populasi antraknosa terjadi karena kelembapan dan suhu udara yang tinggi. Antraknosa juga dapat bertahan hidup di sekitar tanaman, tanah semak serta tanaman terinfeksi.
Ciri-ciri Umum Serangan Antraknosa :
1. Pada buah terdapat tanda bercak melingkar cekung berwarna coklat pada pusatnya.
2. Berwarna coklat muda pada sekeliling lingkarannya.
3. Bercak tersebut akan meluas kemudian menyebabkan buah membusuk, kering dan jatuh.
Serangan Antraknosa terjadi di semua bagian tanaman, mulai dari ranting, cabang, daun hingga buah. Fase serangannya beragam dimulai dari fase vegetatif (perkecambahan) atau pun fase generatif (pembuahan). Dengan catatan penting penyesuaian masa tanam perlu dilakukan agar dapat mengurangi dampak serangan pada fase vegetatif.
Bentuk fisik dari buah cabai menjadi tidak ideal karena mengkerut dengan kadar air yang rendah. Dari sisi penjualan sulit untuk diterima pasar dengan kondisi buah seperti gambar.
Perkembangan Antraknosa :
1. Antraknosa berkembang pesat pada kelembaban di atas 90% dan suhu di bawah 32°C. Berarti fungi ini berkembang pesat pada musim penghujan. Kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan kekurangan oksigen di akar tanaman. Sedangkan suhu di bawah 32°C merupakan suhu ideal pertumbuhan fungi ini.
2. Penyebaran spora fungi dari buah terinfeksi dapat dengan mudah menyerang buah sehat karena spora ringan dan menempel pada buah sakit bila ada hujan turun sehingga membuat spora jatuh ke buah sehat.
Secara umum fungi atau jamur dapat mudah berkembang biak. Sebarannya dapat meluas dengan mudah. Bila tidak di identifikasi dari awal akan menyebabkan terjadi penurunan panen. Identifikasi awal adalah menggunakan benih tahan antraknosa antara lain:
1. Benih cabe rawit mampyar super tavi produksi Jaya Tani Indonesia. Selain antraknosa benih ini juga toleran terhadap Phytoptora capsici penyebab penyakit busuk daun. Harga 10gr benih ini sekitar Rp58.000,-.
2. Benih cabe keriting hibrida F1 TM 999 produksi PT Tani Murni Indonesia. Selain antraknosa benih ini juga toleran terhadap layu. Harga 10 gr benih ini sekitar Rp 113.000,-.
3. Benih cabe rawit hijau Rawita F1 produksi East West Seed. Selain antraknosa benih ini juga toleran terhadap layu bakteri (bacterial weed) dan juga Phytoptora capsici. Harga 10 gr benih ini sekitar Rp 20.000,-.
Pertimbangan dalam memilih benih bergantung dari:
1. Iklim atau cuaca saat musim tanam untuk menghindari penyakit yang sering menggangu pada saat masa panen. Benih benih yang tahan terhadap penyakit.
2. Benih cabai yang mudah beradaptai.
3. Benih cabai yang sesuai dengan rekomendasi dataran lahan penanaman. Dataran tinggi, sedang atau rendah.
4. Benih cabai dengan produktivitas tinggi.
Bila dalam kondisi pemilihan benih terjadi perubahan iklim yang ekstrim, maka diperlukan penanganan terhadap potensi serangan penyakit yaitu dengan penyemprotan fungisida.
Hama Ulat Buah
Petani atau para pekerja di sektor pertanian terutama cabai sering menyebut hama ini sebagai penggerek buah. Klasifikasi ilmiah dari spesies ini adalah:
Divisi : Antropoda (kelompok hewan avertebrata)Kelas : Insecta
Ordo: Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa armigera
Penggerek buah ini menyerang buah muda hingga buah masak dan siap panen. Siklus hidupnya merupakan metamorfosis sempurna (telur - larva - pupa - kupu-kupu dewasa).
Ciri-ciri umum larva penggerek buah:
1. Larva atau ulat dengan variasi warna cokelat hingga hijau. Badan dan kaki bersisik.
2. Polifagus atau memakan segala jenis buah tanaman. Diperlukan penanganan di areal pertanaman untuk menghindari larva berkembang pada buah lain di sekitar lahan.
3. Nokturnal atau aktif pada malam hari.
Ciri umum serangan penggerek buah pada cabai:
1. Buah cabai yang diserang cabai muda dan cabai siap panen.
2. Buah terserang akan rontok dengan lubang disekitar tangkai buah.
3. Periode larva berlangsung selama 18-25 hari artinya buah cabai muda berkembang selama 10-15 hari untuk siap panen perlu dilakukan antisipasi penanganan buah.
4. Setelah dilakukan penanganan baik menggunakan insectisida atau bahan organik buah rontok harus segera dibersihkan dari areal pertanaman agar telur yang masih berpotensi untuk berkembang tidak menyerang lagi.
Baca Juga |
---|
Lowongan Kerja Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup |
Kenali Perbedaan Timun Lokal, Jepang dan Zhucini |
Kenali Perbedaan Temu Kunci, Temulawak dan Kencur |
Teknik Aplikasi Pestisida |