natinedJs Ⓚ 2018 Mengkonsumsi jagung sangat bermanfaat bagi kesehatan. Dimana jagung memiliki nutrisi seperti serat, protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Jagung juga memiliki beragam antioksidan diantaranya asam fenolat, zeaxanthin, antosianin, dan lutein. Tanaman pangan yang satu ini memang sangat digemari karena memiliki rasa yang manis serta lembut. Sehingga permintaan komoditi ini semakin meningkat. Peningkatan permintaan komoditi ini sangat tinggi. Bagaimana produksi jagung (Zeamays L) dapat dimaksimalkan dengan tingginya serangan hama yang dapat menurunkan produksi jagung?
Banyak kendala karena tingginya serangan hama. Agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik maka diperlukan curah hujan dan sistem irigasi yang cukup. Tetapi pada siklus pertumbuhannya mulai dari benih hingga menjadi jagung yang siap panen, tanaman jagung peka terhadap hama yang dapat menurunkan jumlah dan kualitas dari hasil produksi.
Hama Tanaman Jagung
1. Hama yaitu belalang (Oxya spp)
Belalang merupakan serangga pemakan daun yang rakus. Belalang ini berwarna coklat kehitaman, panjang tubuhnya dari kepala sampai abdomen lebih kurang 28 mm. Antena lebih pendek dari pada tubuh, pronotum tidak memanjang ke belakang. Femur tungkai belakang membesar dan terdapat bercak-bercak berwarna merah. Pada abdomen terdapat tympanum.
Gejala serangan belalang dengan spesies Valanga nigricornis :
1. Daun-daun jagung yang digerek atau dimakan mulai dari tepi daun sampai ke tengah daun.
2. Serangan berat helaian daun habis sehingga proses fotosintesa tidak berjalan dengan baik.
Salah satu kasus yang pernah terjadi tahun 2021 di NTT, Kabupaten Sumba Timur petani jagung terancam gagal panen karena serangan belalang. Terjadi kerusakan tanaman sampai ratusan hektar. (Sumber: antaranes, 2021)
Berdasarkan hal tersebut maka hama belalang dapat mengakibatkan gagal panen dan perlu dilakukan upaya pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan seperti berikut.
Pengendalian secara kultur teknis
Lakukan pengolahan tanah dengan membajak lahan. Tujuannya agar telur belalang yang berada di atas tanah dapat tertanam di dalam tanah sehingga rusak dan mati. Melakukan sanitasi gulma dan membakar sampah.
Pengendalian hayati
Pengendalian hayati belalang dengan memanfaatkan musuh alami seperti lebah pemangsa, semut, burung, katak, atau laba-laba yang efektif memangsa kantung telur belalang yang ada di dalam tanah. Dapat juga menggunakan patogen atau penyebab penyakit pada belalang seperti Metarhizium acridum, Metarhizium anisoplae, Beauvatia bassiana, atau Leefmansia bicolor.
Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dengan cara menggunakan insektisida berbahan aktif
Bahan Aktif Asepat
Contohnya RAFTOMIL 530SC
Ukuran 1 LITER
Bahan Aktif Diazinon
Contohnya : Insektisida Sidazinon Cair 600 EC
Ukuran400 ml
Lihat Produk : Insektisida Sidazinon 600 EC 400 ml (Pesan sekarang!)
3. Karbosulfan
2. Lalat bibit (Atherigona exigua)
Hama penting tanaman jagung adalah Atherigona exigua Stein atau lalat bibit jagung. Kerusakan akibat serangan A. exigua dapat mencapai 50% terutama pada kelembapan yang tinggi, sedangkan kehilangan hasil akibat serangan serangan hama tersebut rata-rata mencapai 30% per tahun. Gejala serangannya mirip gejala sundep pada padi. Bagian daun termuda terlihat layu, berwarna kekuningan dan jika bagian layu dicabut mudah lepas dan tampak membusuk.
Inang lalat bibit ada banyak diantaranya rumput-rumputan Cynodon dactylon, Panicum repens dan Paspalum SP. Aktivitas lalat dewasa hanya berlangsung pada musim hujan selama satu sampai dua bulan. Lalat ini aktif sore hari dengan perkembangan telur sampai dewasa berlangsung selama 26 hari.
Mengingat besarnya kehilangan basil jagung oleh A. exigua ini maka tindakan pengendalian sangat perlu dilakukan.
Pengendalian secara kultur teknis
Menerapkan pola pergiliran tanaman selain jagung dan padi. Dapat juga dilakukan dengan penggunaan varietas jagung yang memiliki ketahanan terhadap serangan hama ini juga akan lebih memudahkan pencegahan dan pengendalian.
Pengendalian hayati
Dapat menggunakan parasitoid Thricogramma spp. atau Opius sp cara kerjanya adalah parasit pada telur. Parasitoid lainnya yaitu Tetrastichus sp. mampu memarasit larva. Sedangkan Clubiona japonicola bisa menjadi predator bagi imago lalat bibit.
Pengendalian kimiawi
Aplikasi pestisida sebaiknya dilakukan pada benih atau seed treatment sebelum tanam. Salah satunya dengan mencampurkan insektisida Wingran 70WS (Cek Produknya) sebanyak 2-4 gram pada satu kilogram benih jagung sebelum ditanam.
3. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat grayak (Spodoptera spp) hama penting pada tanaman jagung di Indonesia. Spodoptera frugiperda menjadi hama utama pada tanaman jagung di Indonesia. Kerusakan jagung akibat S. frugiperda dapat mencapai 100% atau gagal panen. Salah satunya terjadi di NTT, Kabupaten Belu terjadi di musim tanam I petani jagung mengalami gagal panen karena serangan ulat grayak. Ulat grayak menggerogoti bakal buah jagung (Sumber: rri.co.id, 2025).
Berdasarkan hal tersebut maka hama ulat grayak dapat mengakibatkan gagal panen dan perlu dilakukan upaya pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan seperti berikut.
1. Secara kultur teknis dengan pengolahan tanah yang baik dan pembakaran 2 sisa-sisa tanaman karena hama tersebut membentuk pupa didalam tanah, secara mekanik dengan pengumpulan kelompok telur dan larva secara manual dengan tangan, secara kimiawi dengan menggunakan pestisida karena dapat memberikan hasil yang cepat dengan tingkat mortalitas yang tinggi dan secara hayati dengan memanfaatkan musuh alami (predator, parastoid dan patogen hama).
2. Secara kimiawi
Untuk mengurangi resurjensi dan resistensi dapat menggunakan spinetoram (Cek Produknya) insektisida sintetik. Efek sistemik racun kontak dan lambung, dimana bahan aktif ini akan menargetkan sistem saraf yang menyebabkan terjadinya kelainan pada gerakan otot yang terus berlangsung dan mengakibatkan kejang, yang pada akhirnya menyebabkan keadaan paralisis atau kelumpuhan.
3. Secara hayati
Ulat grayak diketahui memiliki banyak musuh alami, secara keseluruhan terdapat 131 spesies musuh alami dari Spodoptera spp telah dilaporkan dari berbagai tempat di dunia. Pengendalian hayati berpotensi untuk mengendalikan hama ulat grayak walaupun belum banyak dilakukan oleh petani.
Pengendalian hayati merupakan pengendalian hama yang dilakukan secara biologis dengan memanfaatkan musuh alaminya.
Pengendalian hayati terdiri atas tiga strategi pengendalian, yaitu
1. Konservasi,
Konservasi musuh alami lebih memungkinkan diterapkan oleh petani karena tidak membiakkan dan melepaskan musuh alami ke lapangan, namun musuh alami yang sudah ada di lapangan dikelola dan ditingkatkan jumlahnya. Konservasi musuh alami hama salah satunya dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan berbunga (insectary plant) yang memiliki fungsi sebagai sumber pakan, inang alternatif, dan refuji bagi musuh alami.
2. Augmentasi
Peningkatan populasi musuh alami pada lahan budidaya terjadi setelah peningkatan populasi hama. menjelaskan hubungan antara mangsa dan predator dalam suatu model, dimana mangsa terlebih dahulu menunjukkan peningkatan populasi dan diikuti dengan meningkatnya populasi predator.
3. Introduksi musuh alami.
Mengenalkan predator dengan mangsanya membuat ekosistem baru makanan bagi predator. Pratik introduksi di lapangan menunjukkan bahwa populasi musuh alami atau predator meningkat tidak bertepatan dengan meningkatnya populasi mangsa (hama) sehingga musuh alami cenderung terlambat dalam mengendalikan hama. Populasi musuh alami memungkinkan terjadinya penurunan populasi hama pada suatu agroekosistem.
4. Ulat tongkol (Helicoverpa armigera Hubner)
Penggerek tongkol jagung Helicoverpa armigera termasuk serangga polifag atau memakan berbagai daun. Selain jagung ulat tongkol juga menyerang tanaman tomat, kedelai, kapas, tembakau, dan sorgum disarankan untuk mengatur pola tanam agar rotasi tidak menggunakan tanaman yang diminati penggerek tongkol ini. ulat tongkol mulai muncul di pertanaman jagung pada umur 45-56 HST ditandai dengan munculnya rambut-rambut pada tongkol jagung.
Cara Pengendalian:
Pengendalian secara kultur teknis
Pengolahan tanah atau membajak tanah dengan tujuan merusak pupa yang berada di dalam tanah. Pengolahan tanah ini bertujuan untuk mengurangi populasi ulat tongkol yang akan tumbuh berikutnya.
Pengendalian hayati
Jenis parasitoid yang dominan memarasit telur H. armigera pada tanaman jagung adalah genus Trichogramma dan Trichogrammatoidea (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Musuh alami yang dominan pada pertanaman jagung adalah laba-laba. Predator Staphylinidae mampu mengonsumsi sekitar 15 telur ulat tongkol per hari.
Pengendalian kimiawi
Penggunaan Beauveria bassiana strain (Cek Produknya) cukup mengendalikan penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera).
5. Penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee)
Gagal panen akibat serangan penggerek batang Ostrinia furnacalis memang belum ada riwayat. Namun, penggerek batang ini harus diwaspadai karena beberapa penelitian menyebutkan dampak kerusakannya mencapai 80% loss yields.
Larvanya membuat saluran-saluran di dalam batang. Pola makan ulat ini dengan menggerogoti jaringan batang tanaman.
Cara pengendaliannya:
1. Secara kultur teknis
Waktu yang disarankan penanaman jagung adalah saat musim hujan atau 4 minggu setelah musim hujan. Kultur teknis dengan tumpang sari juga dapat mengurangi serangan hama ini. Tumpang sari dapat dilakukan dengan tanaman kedelai atau kacang tanah.
Penelitian Nafus dan Shreiner (1987) menunjukkan bahwa 40-70% larva berada pada bunga jantan. Sehingga dapat dilakukan pemotongan sebagian bunga jantan bunga jantan yang di potong 4 dari 6 baris.
2. Secara kimiawi
Gunakan insektisida dengan bahan aktif dikhlorofos, triazofos (Cek Produknya), karbofuron dan monokrotofos. Disarankan untuk menggunakan insektisida bila ditemukan satu kelompok telur per 30 tanaman. Sehingga harus dilakukan monitoring secara berkala jagung dalam masa pertumbuhan.
6. Kutu daun (Aphis sp)
Kutu daun merusak tanaman dengan menusukkan stiletnya pada daun sehingga pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil. Hama kutu juga menjadi vektor virus tanaman karena akan lebih sulit untuk mengendalikan penyebaran virus pada tanaman.
Cara Pengendalian
1. Secara kultur teknis
Jagung adalah tanaman semusim dari daerah tropis. Pola tanam jagung ada beberapa macam yaitu tumpang sari, tumpang gilir, bersisipan dan campuran.
Tahapan budidaya tanaman jagung umumnya yaitu
1. Pengolahan tanah,
2. Penyulaman,
3. Penyiangan gulma,
4. Pembumbunan atau proses menimbun atau mengumpulkan tanah di sekitar pangkal batang tanaman untuk memperkokohnya dan
5. Menggemburkan tanah. batang agar tanaman jagung tidak rebah, pemupukan, pengairan yang secukupnya, serta penyemprotan pestisida yang harus memperhatikan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang tanaman jagung.
2. Secara kimiawi
Insektisida yang sering digunakan untuk mengendalikan kutu daun pada tanaman jagung dengan bahan aktif Abamektin 18,4 g/l (Cek Produk), Deltamethrin 25 g/l, Beta siflutrin 25 g/l.
Baca Juga |
---|
Hama Rumah Tinggal, Perkantoran, dan Mall |
Pengendalian Hama Permukiman |
Alamat Toko Pertanian Kabupaten Bogor |
Cara Buat Benih Terung dari Buah Terung Masak di Pohonnya |
Tags
KlasTani